loading


Lihat Inovasi Lain

SANPIISAN - Sayangi Dampingi Ibu Anak Kota Semarang NEW

DINAS KESEHATAN

Dasar Hukum: Program SANPIISAN didasarkan pada beberapa peraturan penting, termasuk Perda No. 2 Tahun 2015 tentang Keselamatan Ibu dan Anak di Kota Semarang, yang menjadi landasan pelaksanaan program ini. Perwal No. 13 tentang Grand Design Pengendalian Kuantitas Penduduk. Selain itu, SK Nomor 440/476 tentang pembentukan Tim Percepatan Penurunan AKI AKB dan Surat Keputusan Walikota No. 050/365/V/2021 tentang Tim Penanggulangan Stunting mendukung implementasi SANPIISAN. Permasalahan: Kota Semarang memiliki luas wilayah 373,7 km⊃2; populasi sekitar 1,6 juta jiwa, dengan 35.068 ibu hamil, 65% di antaranya berisiko tinggi. Pada tahun 2015, AKI mencapai 128/100.000 kelahiran hidup, menempatkan Semarang di peringkat kedua tertinggi di Jawa Tengah. AKB mencapai 15/1.000 KH, jauh dari target RPJMN 2024. Tantangan lainnya adanya prevalensi stunting, rendahnya akses layanan kesehatan dan tingginya ibu hamil bermasalah gizi.Isu Strategis:Penurunan AKI dan AKB menjadi prioritas dalam RPJMN dan SDGs. Fokus lainnya adalah pencegahan stunting dengan target prevalensi di bawah 2%. Meningkatkan akses layanan kesehatan serta mengurangi keterlambatan respon penanganan melalui integrasi. Metode Pembaharuan: SANPIISAN mengadopsi pendekatan bertahap dan sinergis, dimulai pada tahun 2015 dengan pendampingan ibu hamil, melibatkan masyarakat dan lintas sektor, serta pengembangan aplikasi "Sayang Bunda".Pada 2023, dikembangkan datawarehouse melalui aplikasi "Teman Bunda" untuk monitoring real-time. Pendekatan ini memastikan deteksi dini dan intervensi tepat waktu bagi ibu hamil berisiko tinggi. Keunggulan dan Kebaharuan;Program ini menonjolkan pendekatan lintas sektor dan penggunaan teknologi melalui aplikasi, serta partisipasi aktif masyarakat. Fokus pada pencegahan menggeser pendekatan dari reaktif menjadi proaktif. Tahapan Inovasi/Penggunaan Produk SANPIISAN: Program ini berkembang sejak 2015 dengan pendampingan tenaga kesehatan dan kader secara homecare.Pada 2018, aplikasi "Sayang Bunda" diluncurkan, diikuti dengan perluasan sasaran program untuk calon pengantin pada 2020. Tahun 2023 – sekarang, dikembangkan datawarehouse dan intervensi bagi bayi berat lahir rendah serta Fokus intervensi dini dilakukan melalui skrining kelayakan hamil sejak masa remaja dan calon pengantin

SANPIISAN adalah singkatan dari Sayangi dan Dampingi Ibu dan Anak Kota Semarang. Inovasi ini bertujuan menurunkan kematian ibu , kematian bayi dan stunting sejak seribu hari kehidupan pertama. inovasi yang menerapkan konsep dan pendekatan baru dalam inisiatif kesetaraan bagi kesehatan ibu dan anak. Inovasi ini merubah paradigma pelayanan kesehatan ibu dan anak yang reaktif menjadi proaktif dengan menekankan pada pencegahan dan pemantauan secara keseluruhan. 

Pendekatan continum of care. Pendekatan utama inovasi ini adalah pendekatan komprehensif perawatan berkelanjutan ("continuum-of-care) yang melibatkan seluruh tahap kehidupan dari bayi, balita, calon pengantin, hingga menjadi ibu. Pendekatan ini fokus tidak hanya pada aspek kesehatan namun juga aspek fisik, sosial, budaya, dan partisipasi masyarakat.

  1. Kolaborasi lintas sektor dan masyarakat. Aspek ini merupakan pilar utama dalam implementasi "SANPIISAN" dengan melibatkan pemerintah, masyarakat, tokoh masyarakat dan non-pemerintah untuk membangun dukungan yang beragam dan luas, mencakup sektor sosial, kesehatan, budaya, dan pendidikan yang menghasilkan dukungan multi-stakeholder
  2. Partisipasi masyarakat. Utamanya kader perempuan PKK dan FKK berperan menjadi pelapor aktif dan mendampingi Ibu hamil melalui pendekatan rumah ke rumah. Pemangku wilayah Camat dan Lurah berperan menggerakkan masyarakat dan tokoh masyarakat untuk meningkatkan kesadaran kesehatan selama kehamilan. Hal ini menciptakan perubahan budaya inklusif bagi kesehatan ibu dan anak.
  3. Pemanfaatan teknologi. Penggunaan aplikasi "Sayang Bunda" dan sistem pemantauan melalui Teman Bunda merupakan inovasi teknologi sebagai katalisator meningkatkan aksesibilitas dan keakuratan data, merubah cara orang berinteraksi, mendapatkan informasi dan layanan kesehatan.
  4. Peningkatan kapasitas. Program pelatihan, pendidikan dan sosialisai bagi kader Perempuan, Tokoh masayarakat dan Tenaga kesehatan membantu meningkatkan pemahaman, keterampilan dalam peningkatan pengetahuan dan praktik sehari-hari dalam perawatan ibu hamil, bayi dan balita

Kombinasi berbagai aspek ini menciptakan kerangka kerja sebagai katalisator perubahan transformatif dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Implementasi "SANPIISAN" fokus pada perbaikan angka statistik dan perubahan fundamental terhadap cara pandang dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan kematian ibu dan anak.

Inovasi SANPIISAN  merupakan bentuk sistem integrasi mendukung sinergitas seluruh sektor untuk bersama mendekatkan akses layanan kesehatan melalui upaya preventif memberdayakan masyarakat berkelanjutan. SANPIISAN  terbukti: Menurunnya penyebab kematian ibu berdasarkan 4 terlalu : terlalu muda hamil, terlalu tua hamil, terlalu banyak anak dan terlalu banyak dekat jarak kehamilan  dan Menurunnya 3 keterlambatan penanganan : terlambat dalam mengambil keputusan, terlambat sampai ke tempat rujukan, dan terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan seingga Kota Semarang tidak menjadi lokus stunting dan dipresiasi menjadi Percontohan penurunan stunting Meningkatnya kunjungan Ibu hamil ke Fasilitas Kesehatan (realisasi Kunjungan ibu hamil 100%, Kunjungan ibu hamil ke 4 100%, Kunjungan nifas 100%) Ibu bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan  Layanan kesehatan kehamilan di Perusahaan bagi pekerja perempuan Peningkatan akurasi dan kecepatan pelaporan (15hari menjadi 1 hari/realtima Mutu Pelayanan kesehatan terjamin,meningkatkan kepercayaan Masyarakat mengikuti Program Universal Health Coverage Meningkatkan Perubahan perilaku positif-masyarakat dengan tercapai Indeks kesehatan Keluarga terbaik tahun 2022 Saat masa pandemi Covid-19 lalu, SANPIISAN  tetap terlaksana karena telah menerapkan proses digitalisasi dimulai dari skrining oleh kader, janji-temu, konsultasi-online dan call-emergency, menjadikan masyarakat mudah mengakses layanan kesehatan tanpa harus tatap muka. Proses ini berjalan menjadi sangat cepat dan massif selama masa pandemi. SANPIISAN memberikan akses mudah, dekat dan tepat sasaran dengan bergerak Bersama lintas sektor serta masyarakat Kota Semarang dan didukung sistem informasi terintegrasi.Luaran inovasi ini sejalan dengan SDG’s Bidang Kesehatan ke-2(dua) yaitu Menghilangkan Kelaparan(Zero Hunger).  

Setelah pelaksanaan inovasi SANPIISAN, dampak positif dirasakan oleh kelompok rentan seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan anak-anak. Inovasi ini telah berhasil menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan stunting di Kota Semarang.

Pada tahun 2015, sebelum SANPIISAN, AKI mencapai 128 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB 8,38 per 1.000 KH. Rendahnya layanan kesehatan diakses masyarakat, dan data terlaporkan manual menyebabkan keterlambatan penanganan. Dari 2015-2019, dengan implementasi SANPIISAN tahap pertama, AKI menurun menjadi 71,35 per 100.000 KH dan AKB turun menjadi 6,09 per 1.000 KH. Kunjungan ibu hamil meningkat menjadi 100%, dan layanan kesehatan ditingkatkan melalui aplikasi Sayang Bunda.

Pada tahap kedua (2019-2022), AKI turun menjadi 67 per 100.000 KH dan AKB menjadi 5,6 per 1.000 KH. Prevalensi ibu hamil dengan Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan anemia juga menurun secara signifikan. SANPIISAN berhasil meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan dengan melibatkan masyarakat dan kolaborasi lintas sektor. Inovasi ini unik karena menggabungkan peran masyarakat, lintas sektor, dan teknologi. Pengembangan aplikasi dan strategi setiap tahun berdasarkan evaluasi memastikan inovasi ini tetap relevan dan efektif dalam menghadapi tantangan kesehatan ibu dan anak di Kota Semarang.